Call Us : ( +62 ) 839 654 62666
Senin - Sabtu : 10.00 - 22.00

FITRI DISTRIBUTOR MSI PAITON

Welcome to MSI PAITON

Selamat datang di MSI Paiton. Ini Website resmi MSI Paiton, Milik FITRI Distributor MSI PAITON.
PROMO PRODUCTS
Welcome to MSI PAITON
s1
s1
s1
NEW PRODUCTS
Jumat, 15 Juli 2022

Aksi Nyata Modul 3.3 Gerakan Membaca dan Mencintai Buku (GEMA CINTAKU)

 

Nama Program : Gerakan Membaca dan Mencintai Buku (GEMA CINTAKU) di SMK Negeri 1 Pakem, Kabupaten Bondowoso

Oleh : Fauzan, S.Kom

CGP Angkatan 4 Kabupaten Bondowoso

 

A. PERISTIWA (FACT)

Salah satu masalah yang kami angkat, adalah rendahnya minat baca pada peserta didik di SMK Negeri 1 Pakem, Kabupaten Bondowoso. Dengan harapan, program gerakan membaca ini bisa membawa dampak signifikan pada kegiatan pembelajaran. Budaya membaca ini dilihat semakin menurun, sejak hadirnya HP/Smartphone android. Peserta didik lebih tertarik membaca tayangan /gambar/video yang ada dilayar handphonenya. Dengan banyaknya aplikasi maya/media social, seperti instagram, tiktok, facebook, Whatsapps hingga media video Youtube membuat minat baca baca rendah mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi tidak aktif dan kurang percaya diri dalam memberikan pendapat karena minimnya wawasan yang dimiliki, sehingga tidak berani tampil di depan untuk memberikan pendapat atau mengutarakan ide - idenya.

Membaca merupakan kegiatan penting yang harus dimiliki peserta didik, sehingga proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran cinta dan suka membaca buku pada peserta didik. Kemampuan membaca ini sesuai dengan salah satu karakteristik dari 7 lingkungan yang menumbuh kembangkan kepemimpinan murid yaitu lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non akademik.

Mengapa melaksanakan aksi nyata ini?

Aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid di maksudkan untuk mewujudkan  kepemimpinan murid, program ini di lakukan dengan harapan peserta didik bisa menumbuhkan sikap berani dalam dirinya, berani tampil dan mengekspresikan diri dan bisa mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki.

Untuk mewujudkan langkah pengelolaan program yang berdampak pada murid dilakukan aksi nyata dengan berbasis pemetaan aset sekolah menggunakan model BAGJA. Ini dilakukan untuk memastikan sebuah program yang berdampak pada murid. Sehingga menjadi langkah konkrit dan aksi nyata sebagai pemimpin dalam pembelajar pengembangan sekolah.

Alasan penting dalam program ini untuk mewujudkan kesejahteraan siswa atau student wellbeing  dan perkembangan peserta didik secara holistik, berbahagia  serta memiliki nilai – nilai pribadi yang unggul, berbudaya sehingga memiliki karakter profil pelajar pancasila.

Tujuan Utama melaksanakan aksi nyata ini adalah sebagai berikut :

·         Menciptakan kesadaran peserta didik atas pentingnya membaca untuk mendukung pembelajaran yang efektif

·         Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa

·         Menumbuhkan jiwa kepemimpinan siswa

·         Menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya positif di sekolah

·         Melatih kemandirian siswa dalam memecahkan masalah 

·         Menumbuhkan budi pekerti dan kepribadian yang baik kepada siswa

Hasil Aksi Nyata yang di lakukan


 






Pada dasarnya ini di rancang untuk menjadi wadah berkreasi dan berinovasi bagi peserta didik agar tumbuh keberanian untuk tampil  dan mengedukasi  tentang penitingnya budaya membaca. Pesera didik perlu di perkenalkan betapa pentingnya kegiatan literasi atau membaca yang dilakukan sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa akan selalu menjunjung budaya yang mampu melestarikan budaya membaca. Dengan pelaksanan kegiatan membaca yang rutin dan berkelanjutan, akan membawa dampak pada peserta didik, yakni meningkatnya minat dan bakat serta jiwa kepemimpinan dan kepedulian mencintai membaca buku.

Aksi nyata yang saya beri tema “Gerakan Membaca dan Mencintai Buku (GEMA CINTAKU)” di SMK Negeri 1 Pakem Kabupaten Bondowoso ini menunjukan bahwa ada perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu mulai dari membaca 15 menit sebelum proses belajar mengajar yang di awasi oleh guru piket dan wali kelas sehingga menjadi budaya bagi peserta didik. Ketika jam membaca buku sudah di mulai maka dengan sendirinya melakukan aktivitas tersebut. Satu hal yang menjadi saya bangga sebagai guru mata pelajar peserta didik mamapu meningkatkan kemampuan pengetahuan sesuai dengan buku yang dibaca, membuat otak mereka bisa bekerja secara optimal, menambah wawasan, mempertajam diri dalam menangkap informasi dari sumber bacaan.

Kegiatan membaca buku yang di lakukan di SMK Negeri 1 Pakem, Bondowoso menunjukan tidak semata – mata di lakukan di dalam ruangan kelas saja, tetapi bisa juga di lakukan di tempat lain, laboratorium, luar ruangan, lapangan dan tempat lain yang mereka suka dengan di dampingi oleh guru piket dan  wali kelas. Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan bakat, minat dan kesukaan mereka. Sarana yang dipakai peserta didik tidak harus buku, bisa juga berupa laptop, Komputer PC Laboratorum, dll. Sesuai seleranya.

 



 







B.PERASAAN (FEELING)

Dalam merencanakan dan melaksanakan aksi nyata ini merasa tertantang, karena program ini harus benar – benar bisa berdampak nyata pada peserta didik. Dengan harapan peserta didik meiliki nilai – nilai, beriman bertaqwa, berkarakter, madiri, disiplin,dan aspek lainnya yaitu kemampuan dan jiwa kepemimpinan yang bisa menjadi bekal siswa untuk kehidupan dimasa mendatang.

Perasaan senang dan optimis dengan pencapaian program yang sudah berjalan dan dilaksanakan. Terlaksananya program ini tidak lepas dari dukungan dan kolaborasi semua pihak di SMK Negeri 1 Pakem. Mulai dari peserta didik yang sangat antusias, guru piket dan wali kelas yang mengkoordinir kegiatan. Dengan respon yang baik dari warga sekolah saya tambah termotivasi dan antusias terlibat dalam program gerakan membaca buku baik dari murid dan seluruh pemangku kepentingan di sekolah.

 

 


C.PEMBELAJARAN ( FINDING) YANG DI DAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA

Pembelajaran yang didapatkan dari aksi nyata adalah terwujudnya kepemimpinan murid dalam budaya membaca untuk peningkatan minat bakat, memiliki jiwa kepemimpinan, terwujudnya  karakter siswa. Karena bekal yang diperoleh dari membaca buku, sehingga pengetahuan dari sumber – sumber informasi yang diperoleh menjadi siswa yang berani tampil dan mengekspresikan bakat maupun potensinya pada akhirnya besar harapan saya bahwa program ini akan bisa mewujudkan profil  pelajar pancasila.

Dari aksi nyata ini saya mendapatkan banyak pelajaran penting, yaitu bagaimana teknik menyusun dan mengelola sebuah program yang berdampak pada murid dengan pemetaan aset model BAGJA. Selain itu saya menyadari betapa pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk suksesnya program ini. Perlu juga belajar bahwa peran guru tidak terbatas pada pembelajaran di dalam kelas saja, namun harus peduli dan ikut terlibat dalam mengelola program yang berdampak pada murid.








D. PENERPAN KEDEPAN (FUTURE) RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELKASANAAN DI MASA DEPAN

Recana perbaikan ke depan yaitu  lebih mengaktifkan kembali kegiatan intrakurikuler di lingkungan sekolah untuk memberikan bimbingan dan menjadi wadah pengembangan minat dan bakat anak. Makanya kedepan perlu pemberian apresiasi berupa reward kepada siswa yang memiliki prestasi akademik sebagai bentuk dukungan untuk menambah semangat peserta didik menampilkan kreatifitas dalam melakukan gerakan membaca buku. Perlunya melakukan refleksi dan evaluasi dari setiap kegiatan yang dilakukan, agar bisa diperbaiki kegiatan -  kegiatan serupa dimasa mendatang, salam dan bahagia.

Minggu, 19 Juni 2022

3.1.a.10. Aksi Nyata - Pengambil Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Pelaksanaan aksi nyata modul 3.1.a.10 merupakan rangkaian dari kegiatan demonstrasi kontekstual yang telah disusun sebelumnya. Pada modul ini Calon Guru Penggerak (CGP) mempelajari tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, selanjutnya CGP diminta untuk menyusun portofolio dengan model 4F (Fact, Feelings, Findings, Future). Berdasarkan rancangan aksi nyata yang telah dibuat sebelumnya, maka berikut ini portofolio aksi nyata modul 3.1.a.10 yang selesai saya susun.

1.        Peristiwa (Fact)

Latar Belakang

Saat pandemi covid-19, pembelajaran yang dilakukan dengan daring atau kombinasi daring dan luring, telah banyak memberikan pengalaman sangat berharga kepada warga sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, murid dan wali murid. Namun secara umum pendidikan mengalami banyak ketertinggalan, kesenjangan antar wilayah, begitu juga dalam hal sosial dan ekonomi. Untuk memulihkan kondisi pendidikan kearah yang lebih baik, Kementerian ristekdikti (Riset, Teknologi, Pendidikan, dan Perguruan Tinggi), meluncurkan Kurikulum Merdeka Belajar. Kementerian memberikan kebebasan bagi sekolah untuk memilih kurikulum di satuan pendidikannya dengan menggunakan kurikukum sebelumnnya atau kurikulum merdeka belajar.

Menjadi dilema kepada saya, sebagai salah satu Ka Prodi TKJ yang diberikan kewenangan oleh Waka kurikulum untuk turut ambil bagian, apakah tetap menggunakan kurikulum sebelumnya atau Kurikulum Merdeka? Karena kekahwatiran mayoritas guru yang sudah sertifikasi, dengan berkurangnya beberapa mata pelajaran, jika menggunakan kurikulum Merdeka Belajar. Sekolah kami, belum memiliki Kepala Sekolah definitive, hanya PLT Kepala sekolah. Jadi yang banyak berperan dalam menentukan ini, adalah  Kami dengan waka Kurikulum.  

Tujuan

Mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajar dalam menentukan kurikulum sekolah, tahun pelajaran 2022/2023 Di SMK Negeri 1 Pakem, Kabupaten Bondowoso.

Tolak Ukur

·   Menghasilkan keputusan yang cermat, tepat dan tidak merugikan pihak manapun.

· Keputusan penentuan kurikulum yang berpihak pada murid, namun juga tidak meninggalkan kepentingan warga sekolah yang lain.

 

Figure 1 Saat saya dengan Waka Kurikulum mengikuti Bimtek IKM di SMKN 1 Bondowoso

 

Figure 2 Pembukaan IKM Di SMKN 1 Bondowoso

Figure 3 Sambutan Ketua Panitia Bimtek IKM di SMKN 1 Bondowoso

 

Lini Masa

Paradigma (Jangka pendek  versus jangka panjang/short term vs long term)

Prinsip (berfikir berbasis hasil akhir/ends based thinking)

9 langkah (keputusan yang diambil haruslah tepat, arif, dan bijaksana, maka sebagai seorang pemimpin pembelajar membutuhkan pengujian yang selaras dengan prinsip dasar pengambilan keputusan

 

Perasaan (Feelings)

Setelah melaksanakan aksi nyata modul 3.1.a.10 mengenai Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya awalnya merasa kesulitan, dengan dilemma yang dialami. Namun setelah urun rembug, kolaborasi dan berdiskusi dengan teman – temannya, diputuskan yang terbaik untuk sekolah ini. Perasaan menjadi bangga dan senang, karena bisa membuat keputusan yang bisa dan hampir memuaskan semua pihak.

  

Pembelajaran (Findings)

Pelajaran apa yang saya peroleh dan dapatkan dalam proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui setelah proses ini?

9 langkah pengujian dalam pengambilan Keputusan

1.      Mengenali, bahwa ada nilai – nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Dalam masalah ini terdapat pertentangan situasi dalam menentukan kurikulum sekolah

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Yang terlibat Kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru,  TU, murid dan wali murid.

3.      Kumpulkan fakta – fakta yang relevan dalam situasi ini.

-          Kurikulum K13, jam pelajaran (JP) diatur perminggu satuan, mengatur alokasi waktu permata pelajaran, secara rutin setiap minggu, dalam setiap semester. Sehingga dalam setiap semester peserta didik akan mendapatkan hasil nilai belajar.

-          Kebutuhan JP guru dan Murid, melalui kurikulum merdeka, guru prakarya dan seni budaya akan kesulitan mendapat JP sesuai kebutuhan sertifikasi. Sedangkan murid akan menerima pelajaran sesuai bakat minat.

-          Kurikulum merdeka, strukturnya dibagi menjadi 2 kegiatan pembelajaran utama yaitu: 1. Pembelajaran regular atau rutin 2. Proyek penguatan profil pelajar pancasila dan beberapa mata pelajaran yang menjadi mapel pilihan.   

4.      Pengujian Benar atau salah

-          Uji Legal, kasus ini tidak terkaiat pelanggaran hukum

-          Uji Regulasi, keputusan yang akan diambil tidak melanggar regulasi apapun

-          Uji Instuisi, Keputusan yang saya ambil, untuk menerapkan kurikulum merdeka disekolah berpihak pada bakat dan minat murid.

-          Uji Media Sosial, saya tetap nyaman, apabila kasus ini dipublikasikan, karena dengan menerapkan kurikulum merdeka, akan dapat dukungan dari masyarakat.

-          Uji Panutan atau idola, cabang dinas wilayah kabupaten bondowoso, mengharuskan SMK dan SMA negeri menerapkan kurikulum merdeka mandiri atau menjadi sekolah penggerak.

-          Pengujian Benar atau salah. Dalam kasus ini, paradigm, jangka pendek melawan jangka panjang. Implementasi Kurikulum Merdeka merupakan pilihan terbaik dalam jangka panjang untuk sekolah, murid dan guru.

5.      Melakukan prinsip Resolusi, prinsip penyelesaian dilemma yang dipakai adalah berfikir berbasis akhir (end based thinking)

6.      Investigasi Opsi Trilema, Menerapkan Kurikulum Merdeka, dengan memberikan JP pada guru Prakarya dan seni budaya secara proposrional dan menambah jp mata pelajaran lain yang yang linear, sehingga tidak bermasalah didapodik/info gtk dan kesejahteraannya.

 

Hasil Aksi Nyata

Buat Keputusan

Bersama kurikulum dan kepala sekolah, SMK Negeri 1 Pakem, Kabupaten Bondowoso, mendaftarkan diri, menerapkan Kurikulum Merdeka, dengan memilih Merdeka Berbagi tahun pelajaran 2022/2023.

Figure 4 Hasil asesmen Mandiri, Implementasi Kurikulum Merdeka

 

Perubahan (Future)

SMK Negeri 1 Pakem pada tahun Pelajaran 2022/2023 melakasanakan Kurikulum Merdeka yang dimulai dari kelas X. Perubahan kurikulum yang disertai dengan paradgima baru diharapkan bisa meningkatkan bakat minat dan penerapakn kurikulum berbasis project. Yang berpihak pada murid dan disertai dengan struktur kurikulum yang lebih fleksibel serta sekolah diberi kewenangan penuh untuk memenuhi jam pelajaran dalam satu tahun berjalan.   

Demikian portofolio aksi nyata modul 3.1.a.10 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang telah CGP susun. Harapan saya dengan langkah-langkah pengambilan keputusan yang saya laksanakan dapat menjadi acuan dalam mengahadapi dilema etika dan bujukan moral yang terjadi di sekolah.

 

FAUZAN, S.Kom

SMK Negeri 1 Pakem

CGP Angkatan 4, Kabupaten Bondowoso

Selasa, 26 April 2022

Tugas 3.1.a.9. Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Perkenalkan saya Fauzan, S.Kom, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SMK Negeri 1 Pakem Kabupaten Bondowoso. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yaitu Ibu Wahyu Ekawati, M.Pd dan Pengajar Praktik saya Bapak Su’udi, S.Pd. yang selalu membimbing, mengarahkan, memberikan support, dan mendampingi saya dalam mengikuti Pelatihan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini.

Pada kesempatan ini membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu per satu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Semboyan yang di gagas Ki Hajar Dewantara dan sangat populer adalah ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus sadar bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Sebagai seorang guru, kita hanya perlu menuntun segala potensi yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang. Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan, dan guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Guru juga perlu dan mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral dan tatakrama. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari kutipan tersebut kita bisa memahami bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini adalah: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling dipandang  dan sangat berpengaruh pada pembentukan nilai karakter, perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak dan dapat dipertanggungjawabkan, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilisator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk orang banyak dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya. Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, suasana yang memang menjadi harapan kira bersama.

Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam melaksanakan proses Pendidikan dan pembelajaran, guru perlu mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai option, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil. Tentunya, keputusan yang diambil, tidak akan bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan keputusan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip "melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan di lakukan kepada diri kita. Jika permasalahan masuk kategori bujukan moral, sudah pasti yang kita ambil jalur yang benar. Namun jika itu dilemma etika, maka sebelum mengabmbil keputusan, perlu dilakukan pengujian dengan 9 langkah pengujian keputusan. Karena keputusan yang diambil sama – sama benarnya.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema etika, kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan dalam pengambilan keputusan tersebut, kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah. adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan di atas selalu kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilemma, namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat. Dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar. Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan aman. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Dengan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan Kesejahteraan murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang baik, maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan yang tepat.


Fauzan, S.Kom

CGP Angkatan 4 Kabupaten Bondowoso

SMK Negeri 1 Pakem, Bondowoso

 

Minggu, 10 April 2022

Pentingnya Budaya Positif Di Sekolah

 Untuk memahami budaya sekolah maka kita harus pahami dulu bahwa yang tampak dan dapat dilihat oleh kita dari budaya  sekolah adalah artefaknya seperti visi misi sekolah, bahasa yang diajarkan di sekolah, kegiatan belajar mengajar yang diterapkan, pakaian yang dikenakan oleh warga sekolah, jam belajar, upacara sekolah, ekstrakurikuler, tata tertib sekolah, gedung sekolah, taman sekolah, kebersihan sekolah, dan sebagainya yang dapat diindera oleh kita. Selebihnya, yang jauh lebih dalam dari artefak adalah keyakinan, nilai-nilai, dan asumsi dasar yang dianut oleh warga sekolah. Nah, asumsi dasar, nilai-nilai, dan keyakinan yang dianut oleh warga sekolah akan berpengaruh secara langsung terhadap artefak dari budaya sekolah tersebut dalam wujud visi misi sekolah, bahasa, kebersihan sekolah, kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa budaya positif di sekolah tidaklah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik, melainkan satu sama lain saling terintegrasi dan mempengaruhi satu sama lain.

         Nilai-nilai merupakan bagian dari budaya sekolah yang tidak dapat dilihat secara langsung. Hanya dapat dirasakan dari cerminan kebiasaan-kebiasaan yang ada di sekolah tersebut. Secara umum sejatinya semua warga sekolah memiliki nilai-nilai positif sebagai warisan dari nilai-nilai Nusantara. Nilai-nilai positif sejatinya sudah dimiliki oleh peserta didik, peran kita sebagai guru hanya membantu menumbuhkembangkan saja, diantaranya melalui pembelajaran di kelas. 

Nilai-nilai seperti Beriman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar melalui pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Nilai-nilai seperti mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkhibenakaan global dapat diterapkan dalam variasi metode atau model pembelajaran,yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga nilai-nilai tersebut dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran di kelas.

      Saya mengamati dari beberapa modul sebelumnya, modul yang sangat berperan dalam mendukung budaya positif adalah yang berkaitan dengan paradigma pendidikan, nilai, dan visi yakni : (1) Paradigma Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2) Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan (3)Visi Guru Penggerak. Modul Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara mengubah pandangan saya bahwa guru sejatinya hanya memposisikan diri sebagai ‘petani’ atau ‘tukang kebun’ yang hanya mengkondisikan kegiatan, tempat, pembelajaran serta merawat agar peserta didik dapat tumbuh maksimal sesuai dengan kodrat atau potensinya. Modul Nilai dan Peran Guru Penggerak membantu saya dalam membangun kesadaran internal bahwa nilai-nilai seperti inovatif, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan berpihak pada murid sudah semestinya dimiliki oleh seorang guru.

Demikian pula dengan peran guru penggerak sebagai pemimpin, seperti : (1) pemimpin dalam pengembangan diri dan orang lain, (2) pemimpin pembelajaran di kelas, (3) pemimpin manajerial sekolah, (4) pemimpin pengembangan sekolah. Berikutnya adalah modul yang berkaitan dengan visi guru penggerak. Modul ini memberikan pemahaman kepada saya bahwa visi itu sangat penting sebelum kita melangkah. Visi yang kita miliki akan berpengaruh terhadap kekuatan dan energi kita untuk menggapai apa yang diharapkan dan kedalaman dan keluasan visi seorang guru sangat dipengaruhi oleh asumsi dasar dan nilai-nilai yang diyakini oleh yang bersangkutan.

        Sebagai seorang guru penggerak sudah semestinya berupaya tanpa henti untuk mengasah perannya  sebagai pemimpin pengembangan diri dan orang lain. Dalam menjalankan perannya tersebut terutama untuk menularkan kebiasaan baik terhadap guru lain, seorang guru harus memiliki kemampuan membangun komunikasi positif yang dibarengi keteladanan diri agar orang yang diajak untuk melakukan kebiasaan baik dapat turut serta melakukan hal yang serupa dengan kita atau paling tidak memebrikan dukungan meskipun belum bisa meniru apa yang kita lakukan. Setiap guru tentu memiliki asumsi dasar yang berbeda terkait dengan dirinya, kemampuan yang dibutuhkan, dan kebiasaan baik yang harus senantiasa di dawamkan. Seorang guru penggerak perlu melakukan pendekatan personal kepada guru lainnya untuk mengetahui potensi positif yang bisa diberdayakan dari rekan-rekan guru lainnya dalam rangka mengembangkan budaya positif. Untuk membiasakan hal yang positif dapat dimulai dari hal yang kecil, sederhana, mudah, dan ringan yang dapat dijalankan secara berkelanjutan.

           Untuk menjadikan kebiasaan positif di kelas menjadi sebuah budaya sekolah dan visi sekolah tentunya dibutuhkan pemikiran dan kesepakatan kolektif yang digali dari asumsi dasar normatif, nilai-nilai yang diyakini oleh warga sekolah, dan impian normatif kolektif warga sekolah. Masing-masing guru dapat menyampaikan praktik baik yang sudah dilakukan di kelasnya masing-masing untuk kemudian sekiranya baik dapat diadopsi dan diadaptasi menjadi praktik baik sekolah. Dari hal tersebut kita dapat menggali nilai-nilai budaya positif dan kebiasaan positif apa yang menjadi budaya positif sekolah untuk kemudian dituangkan secara tertulis menjadi visi sekolah.